Rafa dan Rokok

Saya adalah ibu rumah tangga yang tidak merokok dan sangat membenci rokok. Lingkungan tempat tinggal kami kebetulan berada di tempat yang cukup banyak perokoknya. Meski sudah diberikan tanda bebas asap rokok namun tetap saja banyak orang yag pura - pura tidak tahu dengan keberadaan tanda ini. Tentunya sudah tidak perlu diceritakan lagi bahaya asap rokok bagi kita terlebih bayi dan anak-anak. Oleh karena itu sejak Rafa lahir, saya berusaha menjauhkannya dari para perokok. Saya tidak segan untuk menegur orang yang ingin mencubit pipi Rafa. Karena saya kan tidak tahu apakah tangannya bersih atau tidak, bekas merokok atau tidak. Saya juga menjelaskan pada Rafa bahwa merokok itu tidak baik, bisa membuat kita batuk-batuk, sakit perut, sakit kepala dan sebagainya. Dan yang lebih penting, thanks to those stupid smoker who still smoking everywhere, saya juga mengajarkan pada Rafa untuk menjauhi perokok. Kalau sedang main kemudian ada orang yang merokok, Rafa wajib menjauh dan menutup hidung. Yang waras ngalah, ya kan? Meski saya mengakjarkan Rafa untuk menjauh dari para perokok, beberapa kali saya menegur perokok yang dengan jelas merokok di sebelah tanda "Bebas Asap Rokok", merokok dekat dengan Rafa yang sedang bermain di sebelah ayunan atau merokok di lobi lift bahkan di dalam lift (RRRRGGHHHHH, ini orang apa bukan sih kok bisa2nya merokok di dlm lift). Mungkin "hobi " saya dalam menegur perokok inilah yang melandasi tindakan Rafa berikut.

Suatu sore di playground dekat tanda " Bebas Asap Rokok", Rafa bermain dengan teman-temannya. Seperti biasa, saya hanya duduk di bangku taman sambil memperhatikan Rafa sembari ngobrol dengan ibu - ibu lainnya. Setengah jam berlalu, kemudian ada seorang Bapak yang duduk di samping saya. Tidak lama duduk, ia pun mengeluarkan rokok dan mulai membakarnya. Saya sudah melihatnya dan berniat untuk menegurnya. Ibu - ibu teman Rafa pun sudah berkata

"Tenang, sbentar lagi juga Bunda Rafa turun tangan "

Ya, saya memang sudah dikenal hobi menegur para perokok yang merokok sembarangan. Saya masih menunggu Bapak tersebut untuk mematikan rokoknya dengan cara berpura-pura batuk. Ternyata Bapak tersebut tidak bergeming dan hanya melirik saya. Makin bikin gemes deh ni Bapak. Kemudian Rafa berlari ke pelukan saya untuk minum. Setelah minum, tanpa saya duga Rafa menghampiri Bapak itu

" Om, jangan ngerokok dong. Bau. Nanti batuk loh".

Kemudian Rafa kembali bermain bersama teman - temannya.

JRENG!! Rasa bangga langsung memenuhi dada saya. Anak saya kembali menunjukkan bahwa ia sudah besar dan sudah memahami apa yang saya ajarkan. Ingin rasanya saya bertepuk tangan dan bilang " That's my Boy" Hahaha... Jadi untuk para perokok di luar sana, nggak malu ditegur sama anak kecil di depan umum? Makanya kalau mau merokok, ambil plastik trus iket di kepala baru deh merokok. Jangan lupa pastikan nggak ada asap yang keluar dari plastiknya ya.

O,ya Akhirnya si Bapak tadi hanya tersenyum kecut sambil berdiri pergi. Yeay.. Berhasil, berhasil, berhasil..

No comments