#Wikentanpamall kami di Museum Nasional

Siapa saja yang anaknya hafal lagu Let It Go nya Frozen?
Banyak pastinya..
Siapa saja yang di rumah anaknya hafal lagunya Thomas and Friends?
Banyak juga.. ( ambil kaca taro di depan muka sendiri)
Siapa saja yang anaknya bisa mengoperasikan Gadget seperti IPad atau tablet lain?
Wuih, banyak (tunjuk hidung sendiri)

Nah, sekarang,
Siapa yang anaknya tahu lagu Nenek Moyangku Orang Pelaut?
.... Hore... Meski mungkin sedikit yang tahu, tapi setidaknya ada yang tahu. Alhamdulillah Rafa hafal. saya memang lebih suka mengajarkan Rafa lagu - lagu yang sesuai usianya. Apalagi lagu perjuangan, wuih saya suka banget. Entah kenapa..

Ada yang tahu gimana lirik lagu Nenek Moyangku Orang Pelaut? Mari disimak..

Nenek Moyangku Orang Pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang Ombak, tiada takut
Menempuh badai, sudah biasa

Angin bertiup, layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda berani, berangkat sekarang
Ke laut kita, beramai - ramai

Ada apa nih saya tiba- tiba bertanya tentang lagu tersebut? Jadi ceritanya demi melatih Rafa (dan juga ayah bundanya ) untuk nggak selalu jalan - jalan di Mall setiap Minggu, maka saya rajin mencari aktivitas yang bisa dilakukan di luar Mall. Kebetulan Minggu kemarin ada acara menonton wayang Tavip di Museum Nasional yang berjudul " Nenek Moyangku Orang Pelaut " dari Teater Koma. Setelah mendaftar lewat Facebook Akhir Pekan di Museum, kami pun mendapat seat untuk jam 11 siang.



Sampai di Museum Nasional jam 11.10, kami terlambat karena ada car free day jadi harus agak muter - muter sebelum mencapai museum. Saat tiba di tempat pertunjukan wayang tavip, ternyata sudah ramai. Jadi harus agak nyelip untuk mendapatkan spot yang enak untuk menonton.

 Rafa langsung duduk d depan meski lupa buka topi. hihi


Cerita wayangnya tentunya seputar laut. Tentang arah mata angin, kerajaan Majapahit yang sudah mengenal mata angin dengan alat tradisional , nama - nama bagian kapal dan pahlawan yang berperang menggunakan kapal. Terdengar membosankan? Sama sekali tidak. Pertunjukan wayang selama 30 menit ini dibawakan dengan sangat baik, lucu dan menyenangkan oleh para dalang. Mereka berhasil menyelipkan gurauan - gurauan yang membuat penonton tertawa dan tentunya menyanyikan lagu Nenek Moyangku orang Pelaut tadi.







sumber : FB Akhir Pekan di Museum


Setelah selesai pertunjukan, anak - anak bisa berfoto dengan wayang yang dipergunakan tadi bahkan boleh ke belakang layar untuk mencoba menjadi dalang. Pengalaman yang baru untuk buah hati kita kan. Kalau Rafa sih, sibuk mau minta wayang yang berbentuk kapal untuk dibawa pulang. Sayangnya wayangnya hanya dipinjamkan untuk foto saja. O,ya selain membuat wayang dalam bentuk - bentuk modern seperti kapal laut ternyata wayang - wayang tersebut juga merupakan hasil daur ulang. Wayang - wayang tersebut dibuat dari botol air mineral yang diberi warna. Keren.

Kenapa dinamakan Wayang Tavip? Karena wayang tersebut merupakan kreasi dari M. Tavip, dosen jurusan teater STISI Bandung pada tahun 1993. Cara memainkannya sama dengan wayang kulit, namun wayang Tavip menggunakan pencahayaan seperti pembuatan film. Jadi wayang Tavip akan tampil berwarna baik di depan maupun di belakang layar. 

Setelah selesai menonton wayang Tavip kami pun berkeliling Museum nasional. Banyak sekali barang - barang yang dipamerkan yang berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Arca atau patung - patung juga ikut meramaikan koleksi Museum Nasional baik di letakkan di dalam mau pun di taman di dalam area museum. Bahkan Suami saya sempat berfoto dengan kembarannya, meski hanya kembar nama.








Karena waktu sudah jam 12.30 tadinya kami berniat untuk pulang dan mencari tempat makan siang. Saat melewati Taman Sanken, ternyata sedang ada Craft Day. Selain menjual barang - barang kerajinan tangan, ada juga yang menjual makanan. Kami pun memutuskan untuk makan siang disitu. Barang - barang yang dijual sebagian besar buatan tangan. Seperti tas, pouch, dompet, jepit rambut, bando, tanaman, kaos ahh banyak banget. Di Craft Day ini juga saya pertama kali mencoba yang namanya Bir Pletok. Ternyata Bir Pletok itu dibuat dari rempah - rempah ya.. Enak banget. Haha, norak deh saya.





Sambil makan siang perhatian saya tertuju pada ruangan kaca yang di dalamnya ada banyak anak kecil. Ternyata itu adalah ruangan Kids Corner yang baru saja dibuka di Museum Nasional. Ada berbagai aktivitas yang bisa dilakukan oleh anak kita di Kids Corner. Mulai dari belajar origami, bermain angklung, bermain congklak, melukis di kendi, sampai membatik yang semuanya bisa diikuti secara GRATIS. Seru banget. Di Kids Corner ini Rafa jadi tahu permainan gasing. Udah jarang banget kan ya ditemui. Terus Rafa juga ikutan melipat - lipat kertas bareng teman - teman lainnya. Wow, kalau fasilitasnya oke seperti ini sih kami bakalan jadi pengunjung rutin tampaknya.






Yuk, ayah bunda ajak buah hatinya main - main ke Museum Nasional

Museum Nasional
Jl. Medan Merdeka Barat No. 3

Senin dan hari besar nasional TUTUP
Jam buka Selasa - Jumat : 08.00 - 16.00
                 Sabtu - Minggu : 08.00 - 17.00

Tiket masuk perorangan
Dewasa Rp 5.000
Anak Rp 2.000

Tiket Masuk Rombongan ( Min. 20 org)
Dewasa Rp 3.000
Anak (TK s/d SMA) Rp 1.000

Pengunjung asing Rp 10.000




2 comments

  1. Wah abang raffa seru banget jalan - jalannya.. kalo alif udh gedean nanti mau kuajakin jalan2 weekens yang smart gini ah.. muak sama mall, apalagi di bekasi, kota sejuta mall haha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Diannn... ya ampun ktemunya d blog yaa. Hihi.. iyaa, byk lho tempat2 seru yg bs dtatengin slain mall. Taman jg seru tuh Dian. Ayo Alif ntar kpn2 playdate #wikentanpamall yaa...

      Delete