Manusia kecil itu adalah Pahlawanku.

Pahlawan.
Umumnya kita akan berpikir tentang pahlawan pada masa penjajahan seperti Bung Karno, Cut Nyak Dien atau mungkin Tan Malaka. Namun bagaimana pendapat Anda jika yang muncul dalam benak saya saat kata tersebut terdengar adalah nama berikut ini. Rafasya.

Anak saya sendiri. 
Tentunya hal ini bukan tanpa alasan. Beberapa waktu yang lalu saya sempat sakit dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Pada saat itu pula, seorang anak berusia 4,5 tahun pun menjadi pahlawan bagi ibunya yang sedang kurang enak badan. Rafasya akan datang mengambil piring bekas potongan buah yang menjadi sarapan saya dan meletakkannya ke bak cuci piring untuk kemudian mencucinya. Hey, anak siapa itu? Di lain kesempatan Rafasya akan tidur di samping saya dan saat saya meminta untuk dipijat dengan setengah bercanda, ia akan langsung memijat saya. Wow.. Pengertian sekali.


Ternyata, setelah saya perhatikan Rafasya sebetulnya sedih karena saya sakit dan ingin membantu pekerjaan rumah agar saya bisa turun dari tempat tidur dan bermain kembali bersama dirinya. Aih, jadi terharu. Mungkin, mungkin saja apa yang ia perbuat adalah hasil dari memperhatikan tingkah laku orang - orang di sekitarnya. Alhamdulillah jika melihat contoh yang baik anak juga akan meniru yang baik pula.

Kesimpulan ini saya dapatkan juga lewat talkshow yang saya ikuti hari Sabtu, 26 Maret 2015 di Kota Kasablanka. Mbak Roslina Verauli, M. psi selaku Psikolog yang hadir pada talkshow kemarin berkata bahwa 

dasar pendidikan moral dengan berempati harus dimulai sejak dini karena tumbuh dan berkembangnya empati pada anak sejak dini akan berpengaruh pada perkembangan watak atau kepribadian dan perilaku anak saat dewasa nanti



Mungkin, apa yang Rafasya perbuat pada saya saat sakit adalah buah dari terbiasanya ia untuk mengenali apakah orang lain sedang membutuhkan pertolongan atau tidak. Namun, menurut Mbak Vera apa yang dilakukan oleh anak tidak hanya karena melihat contoh namun bisa juga karena bawaan di dalam diri anak tersebut. Anak pertama tidak selalu lebih pengertian dibandingkan dengan anak bungsu. Begitu pula sebaliknya, anak bungsu belum tentu yang paling manja dalam keluarga.

Ada anak bungsu yang ternyata memiliki empati yang paling besar dibandingkan dengan kedua kakaknya. Hal ini terjadi pada putri bungsu dari pesepakbola Indonesia, Bambang Pamungkas yang menjadi salah satu narasumber Talkshow kemarin. Padahal menurut BePe, ia dan istrinya memperlakukan ketiga putri mereka tanpa membeda - bedakan. Hal ini mungkin saja terjadi karena bawaan dari dalam diri anak tersebut. 

Orangtua memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak. Ibu memang Madrasahnya, namun Ayah adalah kepala sekolahnya. Dalam mewujudkan anak hebat ini, Bebelac mendukung para orangtua. Selain mendapatkan contoh yang baik anak juga membutuhkan nutrisi yang tepat baik dalam sayur mayur dan makanan utama lain yang sehat juga dari minuman tambahan seperti susu. 

Kemarin saat saya mengikuti talkshow, Rafasya bisa bermain di area talkshow yang sudah dirubah menjadi beberapa area permainan yangseru oleh tim Bebelac. 





Lalu bagaimana cara untuk menanamkan nilai - nilai baik pada anak? Orang tua dapat melakukan 3 metode ini.
1. Story Telling
 Dengan membaca buku yang memiliki tokoh yang senang menolong, anak akan terbiasa mendengar contoh yang baik. Bila ingin mengenalkan tokoh - tokoh yang ada pada agama kita, bisa juga dimulai dengan cara ini. Usaha membentuk anak berempati bisa berjalan sambil memberi pelajaran tentang agama dan budi pekerti. Karena seperti yang pernah saya dengar dari seorang pakar pendidikan, Siapa Anda, sampai berani mengsubkontrakkan urusan pendidikan agama anak Anda. Ada yang bisa ingat siapa pakar pendidikan yang saya maksud? :D

2. Role Play
  Kalau ini favorit Rafasya. Ajak saja anak bermain perah menjadi tokoh yang ia idolakan. Ciptakan skenario dimana tokoh tersebut akan menolong orang yang sedang terluka misalnya. Dengan permainan menggunakan tokoh yang anak sukai, pelajaran tolong menolong akan mudah diingat. Apalagi jika ditambahkan kostum favorit anak. 

3. Modelling
  Yang ini biasanya yang paling akan mengena. Karena anak melihat contoh nyata dari orang tua atau orang lain yang berperan penting dalam kehidupan mereka melakukan kebaikan. Semakin sering anak mendapat contoh perilaku yang baik insya Allah anak akan meniru dan melakukan kebaikan pula. Bukankah anak - anak adalah peniru ulung?

Setelah anak melakukan kebaikan atau hal yang kita anggap baik, sebaiknya biasakan untuk mengapresiasi dengan memberikan pujian atau pelukan. Dengan begitu anak akan merasa diakui. Bukan tidak mungkin dengan adanya apresiasi, anak akan semakin terpacu untuk berbuat baik lagi atau mungkin mengeluarkan jiwa pahlawannya.



Bagaimana ayah bunda sekalian, di antara perilaku anak kita sehari - hari adalah jiwa kepahlawanannya muncul? Nggak mesti hal yang besar seperti membantu memadukan api ala pemadam kebakaran namun hal - hal kecil yang membuatnya lebih bernilai sebagai seorang manusia kecil yang sedang belajar. Jika ada, yuk ceritakan kisahnya di sini. Siapa tahu kisah tersebut mendapatkan hadiah jalan - jalan ke Australia. Wow..








6 comments

  1. Aihh, Rafasya sweet banget yaaa, berperan banget bantuin mamanya yang sedang sakit

    ReplyDelete
  2. Rafasya kereeennn. Untuk anak 5 tahunan sepertinya paling cocok menanmkan nilai baik dengan metode modelling ya Mak.. Kalo metode modelling tuh nggak cuma anaknya yang bisa jadi baik, orangtuanya jugaa. Inshaallah bakal bersikap lebih baik lagi biar dicontoh anaknya, Ehehee

    ReplyDelete
  3. Rafasya pinteeeer bantuin ibunya ^^ acaranya bagus ya buyu ada psikolog & ada tempat main anak juga ❤

    ReplyDelete
  4. Rafasya emang pahlawan deh.. :-) btway iya ya mba setuju banget. Yang paling penting itu stimulasi dari orang tua ya lewat story telling dan modelling itu.. :-)

    ReplyDelete
  5. merhatiin Rafasya pas mandi bola, seru banget diaaa ^^
    Bener mba, ayah kepala sekolahnya yah :)

    ReplyDelete
  6. Anakku yang kedua lebih dewasa dibandingkan kakaknya

    ReplyDelete