Belajar Membaca Perilaku Anak usia Pra Sekolah



14 September 2017 kemarin, bertempat di Harlequin Bistro saya kembali belajar ilmu menjadi orang tua. Well, sebenarnya saya selalu semangat untuk belajar tentang apa pun. Namun menjadi orang tua adalah cabang ilmu yang paling sulit menurut saya. Karena selain nggak ada sekolahnya, aplikasi dari teori yang ada pun hasilnya nggak akan sama pada setiap anak. Kenapa? Karena setiap anak itu unik. Makanya setiap ada kesempatan untuk belajar menjadi orang tua, saya selalu tertarik.




Tema yang kemarin diangkat oleh Parenting Club adalah Kenali Perilaku Anak di Usia Sekolah. Saya yang hadir atas undangan dari Clozette ID pun langsung bersiap menyerap ilmu. Ya, hitung - hitung untuk Arsel nanti. Nuansa putih gold mendominasi ruangan, sesuai dengan dresscode yang diberikan pada kami. Yang membuat saya dan peserta lain semangat belajar adalah adanya playground dan aktivitas untuk anak di saat ibunya mendengarkan materi. Asyik banget ya, jadi ibunya bisa fokus anak pun senang.


Narsum yang hadir siang itu adalah Ayudia, ibu dari Sekala. Ibu muda yang cantik ini bercerita tentang kebiasaan yang dilakukan oleh suaminya yang suka menciumi Sekala dengan gemas ternyata membuat Sekala melakukan hal yang sama pada temannya. Ibu Rini Sekartini selaku narsum ahli langsung mengaminkan cerita Ayudia. Bagaimanapun anak adalah peniru yang ulung. Jika ia melihat suatu hal pada sekitarnya, besar kemungkinan ia akan melakukannya di luar rumah. 


Fiuh, berat ya tugas menjadi orang tua itu. Karena setiap saat dilihat dan dimonitor oleh jiwa suci yang polos berwujud anak kita. Ibu Rini pun menambahkan bahwa anak yang berusia 2 tahun lebih biasanya akan mulai bertanya mengenai banyak hal. Bahkan ia bisa mengulangi pertanyaan yang sama berkali - kali, meski sudah dijawab. Terkadang ada beberapa pertanyaan yang kita pun tidak tahu jawabannya. 

Tugas kita sebagai orang tua adalah tidak memberikan jawaban yang salah pada anak kita. Karena jawaban kita yang pertama kali akan selalu diingat oleh anak - Ibu Rini Sekartini

Iya banget deh ini. Jadi teringat kumpulan postingan #ceritaRafasya yang memang membuktikan betapa usia toddler adalah usia ceriwis bin penasaran dan ngeyel. Haha.. Belum lagi di usia ini, Rafasya hobi banget mengajukan pertanyaan yang sering membuat saya gelagapan. 

Namun kunci yang saya dan suami pegang adalah kami nggak mau bohong saat anak bertanya tentang apa pun. Kalau anak bertanya apakah disuntik vaksin itu sakit, ya kami akan menjawab sakit. Namun demi kesehatan, Rafasya (dan Arsel kelak) harus menjalaninya. Hasilnya, Alhamdulillah Rafasya nggak pernah drama saat akan vaksin. Bahkan saat kemarin harus diopname, ia santai saja memberikan tangannya untuk diambil darahnya. Lebih grogi pasang infus, karena memang belum pernah. Hihi..

Ada 3 aspek yang bisa kita teliti pada anak usia para sekolah. Usia pra sekolah disini maksudnya sekitar 3 - 6 tahun. Jadi kira - kira usia Kelompok Bermain dan Taman Kanak - Kanak. 

Akal
Seperti yang saya ceritakan di atas tentang Rafasya, di usia ini biasanya anak akan banyak bertanya. Pertanyaan yang ditanyakan pun beragam. Mulai dari pertanyaan standar sampai pertanyaan yang dianggap tabu atau pertanyaan berkaitan dengan Tuhannya. 

Kita harus waspada jika pada rentang usia 3-6 tahun ini akan kita belum bisa membuat lingkaran. Lingkaran yang dimaksud nggak harus bulat sempurna ya. Namun titik awal lingkarannya bisa bertemu dengan akhir lingkarannya. Selain itu orangtua juga harus cemas jika di usia ini anak belum bisa membuat kalimat dari 3 kata. 

Fisik
Sudah kodratnya anak - anak untuk cenderung tidak bisa diam dan hobi berlari juga melompat dimana pun mereka berada. Jangan salah, kondisi fisik anak yang seperti itu menjadi tanda bahwa mereka berkembang sesuai dengan tahapannya. Jika anak hobi melompat di atas kasur pada rentang usia 3 -6 tahun, itu berarti ia sedang mengajak kemampuan fisiknya. 

Orang tua perlu waspada jika di rentang usia ini, anak belum bisa melompat, sering jatuh dan mengalami kesulitan untuk melempar bola. 

Sosial
Aspek sosial anak dengan usia 3 - 6 tahun biasanya penuh dengan bermain peran. Ia akan senang berpura -pura menjadi polisi, dokter, pilot atau bahkan menjadi orang dewasa. Biasanya ia sudah mulai berani berinteraksi dengan anak lain yang seusianya. Waspadalah, jika anak kita menunjukkan yang sebaliknya. Lebih suka bermakna sendiri atau sering sedih, pertanda kita harus bertanya pada ahlinya.

Ketiga hal diatas dapat kita analisa untuk mengetahui perilaku anak di usia pra sekolah. Dengan menganalisanya kita jadi bisa mengantisipasi permasalahan yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya. Tantrum misalnya. Di usia 3 - 6 tahun adalah usia yang paling sering terjadi Tantrum. Namun jika anak terbiasa diberi pengertian, dijelaskan sebab akibat dan orang tuanya tidak mudah untuk menuruti keinginan anak, scene anak menangis meraung - raung di Mall karena nggak dibelikan mainan akan jarang terjadi. :p 


Aktivitas bersama orangtua seperti mendongeng juga bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi anak usia pra sekolah. Menurut Kak Budi, seorang pendongeng, sebaiknya orangtua merubah nada bicara dan intonasi saat sedang mendongeng. Hal ini agar si anak lebih tertarik dan antusias saat mendengarkan. Materi pembantu seperti kertas atau kaos kaki yang dibentuk menjadi hewan atau tokoh, juga akan membuat situasi semakin hidup.

Yang pasti dengan mengenali perilaku anak di usia pra sekolah akan mempermudah orang tua dalam memberikan perlakuan yang tepat pada anak. Jangan lupa bahwa terkadang anak yang rewel itu hanya karena ia ingin mencari perhatian kedua orangtuanya. Sejatinya setiap anak hanya ingin diperhatikan dan didengarkan. Diperhatikan dan dingerarkan yang sebenarnya. Bukan sembari mengerjakan hal lainnya. Jadi, ayo berbenah diri menjadi orangtua yang perhatian. Demi mengawal masa depan anak sejak usia pra sekolah sampai mereka jadi sarjana kelak. 


4 comments

  1. Wah lumayan ya mengurangi ketegangan saat anak bertingkah hehehe..
    Terimakasih sudah berbagi :)

    ReplyDelete
  2. masih belajar banget-banget untuk jadi orangtua yang minimal bisa bahagian anak deh. Thanks for sharing

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah ya buyu jaman skrg ada yang mau berbagi ttg menjadi orang tua. Memang jd org tua ga ada sekolah dan rumus 'baku' setidaknya dengan berbagi informasi seperti ini para (calon) orang tua baru (maupun lama) dapat bekal baru.

    ReplyDelete
  4. Makasih sharingnya Buyuuu... Jadi harus banyak2 menstimulasi kecerdasan anak yaaa supaya di usia prasekolah udah bisa mencapai target milestone nya..

    ReplyDelete