Ngobrolin soal keuagan rumah tangga, saya menemukan fakta tak terbantahkan. Tsah, lebay ya macam zoom In zoom out di sinetron lawas. :p Berdasarkan analisa kesoktahuan saya plus ngobrol - ngobrol sana - sini, ada 3 tim dalam rumah tangga jika menyangkut urusan gaji. Ini bisa terjadi pada para istri yang bekerja atau istri yang menjadi Ibu Rumah Tangga. Ke 3 tim tersebut adalah
1. Tim #dijatah
Ini kenapa sih tiba - tiba ngomongin pembagian tim seperti diatas? Karena sekitar satu minggu yang lalu saya menghadiri acaranya #IbuBerbagiBijak di RPTRA Ciganjur Berseri yang bertajuk tentang " Bijak Mengelola Keuangan, Kunci Keluarga dan Masa Depan Sejahtera". Sesi berbagi kami ini dilakukan bersama ibu - ibu dari Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Usia Dini (HIMPAUDI).
Seperti acara #IbuBerbagiBijak yang sebelumnya pernah saya hadiri, tujuan diadakannya acara ini adalah untuk mengedukasi wanita Indonesia yang juga merupakan pemegang keuangan di dalam Rumah Tangga. Kemarin Mbak Prita Ghozie kembali menjelaskan tentang alokasi ideal untuk penghasilan bulanan. Mana tahu ada yang lupa atau belum tahu, mari kita perhatikan kembali komposisi berikut.
5% Zakat, Infaq, Sedekah
10% Dana Darurat dan Asuransi
30% Biaya Hidup
30% Cicilan Pinjaman
15% Investasi
10% Gaya Hidup
1. Tim #dijatah
Tim ini setiap bulannya tinggal tunggu transferan suami. Besarnya ya tentu saja hanya untuk urusan belanja rumah tangga dan keperluan istri. Masalah bayar cicilan (kalau ada) itu sudah jadi urusan suami. Yang penting setiap bulan terima uang sekian puluh juta untuk keperluan tadi. Eh, banyak banget ya sekian puluh juta untuk urusan belanja rumah tangga dan keperluan istri.Halu kayaknya daku. Tapi kan nggak menutup kemungkinan kalau memang ada ya.
2. Tim #pegangsemua
Tim ini biasanya begitu suami gajian, langsung ditransfer semua ke istri. Setelah itu istri yang kasi porsi uang jajan suami plus keperluan suami yang lainnya baru sisanya istri yang urus. Jadi istri yang bayar - bayar cicilan, uang sekolah, atur porsi tabungan dan lain - lain. Jadi suami cuma tahu kerja, gajian trus setoran.
3. Tim #pegangsisa
Tim yang satu ini biasanya terima transferan dari suami yang sudah dipotong beberapa hal sesuai kesepakatan suami istri. Misalnya setelah suami gajian, bagian suami adalah bayar cicilan (kalau ada), sedekah, isi tabungan, dan keperluan suami. Sisanya akan ditransfer semua pada istri untuk keperluan rumah tangga, anak sekolah, keperluan istri dan lain sebagainya.
2. Tim #pegangsemua
Tim ini biasanya begitu suami gajian, langsung ditransfer semua ke istri. Setelah itu istri yang kasi porsi uang jajan suami plus keperluan suami yang lainnya baru sisanya istri yang urus. Jadi istri yang bayar - bayar cicilan, uang sekolah, atur porsi tabungan dan lain - lain. Jadi suami cuma tahu kerja, gajian trus setoran.
3. Tim #pegangsisa
Tim yang satu ini biasanya terima transferan dari suami yang sudah dipotong beberapa hal sesuai kesepakatan suami istri. Misalnya setelah suami gajian, bagian suami adalah bayar cicilan (kalau ada), sedekah, isi tabungan, dan keperluan suami. Sisanya akan ditransfer semua pada istri untuk keperluan rumah tangga, anak sekolah, keperluan istri dan lain sebagainya.
Ini kenapa sih tiba - tiba ngomongin pembagian tim seperti diatas? Karena sekitar satu minggu yang lalu saya menghadiri acaranya #IbuBerbagiBijak di RPTRA Ciganjur Berseri yang bertajuk tentang " Bijak Mengelola Keuangan, Kunci Keluarga dan Masa Depan Sejahtera". Sesi berbagi kami ini dilakukan bersama ibu - ibu dari Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Usia Dini (HIMPAUDI).
Seperti acara #IbuBerbagiBijak yang sebelumnya pernah saya hadiri, tujuan diadakannya acara ini adalah untuk mengedukasi wanita Indonesia yang juga merupakan pemegang keuangan di dalam Rumah Tangga. Kemarin Mbak Prita Ghozie kembali menjelaskan tentang alokasi ideal untuk penghasilan bulanan. Mana tahu ada yang lupa atau belum tahu, mari kita perhatikan kembali komposisi berikut.
5% Zakat, Infaq, Sedekah
10% Dana Darurat dan Asuransi
30% Biaya Hidup
30% Cicilan Pinjaman
15% Investasi
10% Gaya Hidup
Bagaimana?
Adakah yang sudah sesuai dengan alokasi ideal diatas ? Kalau belum sesuai tenang saja. Jangan sedih. Itu kan yang idealnya, yang penting adalah bagaimana kita bisa mengatur keuangan kita untuk bisa mencapai kondisi ideal tersebut. Yang harus dipegang erat adalah biaya hidup itu hanya boleh sebesar 30% dari total penghasilan. Plus, cicilan yang kita miliki juga idealnya hanya sebesar 30% dari total penghasilan. Kenapa begitu ? Ya tentunya supaya kita disiplin dalam hidup akan keuangan keluarga.
Tahu nggak sih mentemen, ternyata hanya 25% dari wanita Indonesia yang melek financial. Hal inilah yang menyebabkan VISA rutin mengadakan acara #IbuBerbagiBijak demi memberikan pemahaman keuangan pada ibu - ibu yang seringnya adalah pemegang keuangan dalam keluarga.
Jika memang ternyata total penghasilan kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, kita harus bagaimana? Atau katakanlah, kita ingin membantu pemasukan keluarga demi mencapai suatu tujuan. Entah untuk biaya sekolah atau tujuan lainnya. Atau, ya hanya ingin menambah uang jajan. Ada 3 hal yang bisa kita lakukan, yaitu :
1. Menjadi Ibu Bekerja
Bagi saya opsi ini tidak tersedia. Kenapa? Karena anak - anak nggak ada yang menjaga. Itu adalah alasan pertama. Alasan selanjutnya adalah rasanya saya sudah nggak pengen lagi bangun pagi, berpakaian rapih dan menerjang kemacetan pagi. Hihi.. Untuk para mentemen ibu bekerja lainnya, semangat. Saya yakin kalian pasti punya alasan kuat untuk tetap menjadi ibu bekerja.
2. Mencari Pinjaman
3. Memiliki Usaha Sampingan
Usaha sampingan disini bisa berupa berbagai hal. Entah berjualan, membuka toko atau menjadi freelance. Banyak sekali ibu - ibu yang sekarang memiliki usaha sampingan dan benar - benar menghasilkan.
Menurut Mbak Prita kemarin, ada beberapa hal yang menjadi tantangan saat akan memulai suatu usaha. Biasanya ibu - ibu akan bingung untuk menentukan jenis usaha yang tepat. Kuncinya adalah pada kemampuan kita untuk menganalisa solusi apa yang akan kita tawarkan pada konsumen. Kalau kita ingin agar orang lebih mudah mengkonsumsi brownies tanpa susah payah membuatnya, makan jual lah brownies buatan kita. Selain itu memiliki usaha sampingan juga harus pintar mengetahui mana untung dan mana rugi. Hal ini yang menjadi dasar mengapa kita harus membuat laporan keuangan. Agar jelas berapa besar pengeluaran dan berapa besar pemasukan kita.
Kemarin selain mbak Prita yang berbagi ilmu mengatur keuangan ada juga mbak Gladies, pemilik Dapur Gladies yang berbagi pada saya dan ibu - ibu lainnya. Mbak Gladies pun menerangkan bahwa meski ia memulai bisnisnya sejak belum menikah, namun ia sudah menggaji dirinya sendiri. Ketentuan untuk menggaji diri sendiri ini terkadang lupa untuk dilakukan pemilik usaha kecil. Padahal meski Prosentasenya kecil di awal usaha, menggaji diri sendiri ini penting untuk dilakukan agar kita tidak seenaknya mengambil uang dari usaha kecil kita.
Mbak Gladies juga bercerita, jika sudah memiliki keuntungan sebaiknya kita sebagai pemilik usaha juga melakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan setiap akhir tahun misanya. Apa yang harus dievaluasi ? Dalam usaha Dapur Gladies, mbak Gladies membuat evaluasi tentang peralatan untuk membuat browniesnya. Apakah ada loyang yang perlu diganti, kapasitas oven yang harus ditambah, kemasa yang harus diganti dan bentuk evaluasi lain yang berkaitan dengan kelangsungan usaha Dapur Gladies.
Senang sekali deh saya diundang oleh VISA dan The Urban Mama untuk mengikuti sesi #ibuberbagibijak sesi ini. Saya jadi nambah ilmu tentang bagaimana mengatur keuangan untuk usaha kecil. Ya meski usaha kecil saya tentang jahit menjahit sedang mati suri sih. Haha. Namun ilmunya sedikit banyak bisa juga saya aplikasikan pada aktivitas saya sebagai blogger. Terima kasih Visa dan TUM.
Buyuu masyaallahh manfaat sekalii sharingnyaa.. duhh jadi ikutan melek financial juga nih secara yang tadinya cuma tim #dijatah trs skrg mendadak lsg berubah jadi tim #pegangsemua krn LDR gini.. post2 idealnya semoga bisa jadi patokan jg buat aku.. btw itu kok keren sih jd pgn juga RPTRA di komplekku di datengin sama tim Mbak Prita Ghozie..
ReplyDeleteTerima kasih sudah berbagi, Mba... Bermanfaat sekali infonya.
ReplyDeleteAku kalo ada sidak tes "Seberapa sehat kah keuanganmu" kayaknya deg degan deh takutnya hasilnya bikin shock. Hahaa.. Makasih sharingnya Mbak Ayuu bermanfaat banget buat kita sebagai IBu Direktur PT Rumah Tangga Sakinah Mawadah Warahmah yaaa hehee amin
ReplyDeleteSaya bagian #pegangsemua...
ReplyDeleteKrn belom nikaaah... Hahahaha...
Tanya lagi nanti kalo udah nikah yak... 😜
Makasih sharingnya BuYuu.. itu persentase budgeting keuangan rumah tangga bolak balik baca dan bolak balik lupa hihihihi... Yang pasti sebagai ibu bijak kudu selesaikan kewajiban dulu yaaa, bayar tagihan, sedekah, investasi... perkara duit ga cukup di akhir bulan, ceplok telor lagi ceplok telor lagi wkwkwkk
ReplyDeleteAku kayaknya tim #pegangsisa hahahahaha soalnya semua diurusin sama suami, jadi uang yg aku terima ya buat aku aja :D enak jg sih karena ngga perlu mikirin buat bayar ini itu, dikasih udah bersih :D
ReplyDeleteTapi aku blm berani kalau buka usaha takut uangnya kecampur, soalnya dl pas pny olshop ya gitu, kecampur & ujung2nya rugi hahahh XD
Bu Yu aku nggak ada di tim itu semua, bikinin tim buat aku dong, haha. Seru ya ikit event Ibu Berbagi Bijak, aku pernah ikutan dan mayan banget ningkatin financial literacy :)
ReplyDeleteBuyuuuu selalu dihatiiii dah ini mah, tfs lhooooo.. kujadi pengen ngajak bertemu di MARGO! hahaha
ReplyDeleteMencari pinjaman itu kalau sudah super duper terpaksa ya, sekarang sistemnya si kayanya daku tim #pegangsisa setelah 23% diambil, sisanya 77% eik pegang hehehe
ReplyDelete